Kami Bekerja Sangat Hati-hati!
Apa tanggapan pihak manajemen PT Aqua Farm soal kondisi ini? Yang pasti mereka menolak tudingan kalau terjadinya penurunan kualitas air dan lingkungan sekitar Danau Toba akibat limbah dari pakan kerambah jaring apung yang mereka miliki.
"Banyak perusahaan lain yang membuang limbahnya ke Danau Toba. Kami sendiri tetap berupaya menjaga kelestarian Danau Toba. Aqua Farm bekerja sangat hati-hati karena semua lini menyoroti kami, baik dari dalam maupun dari luar negeri," kata Hermanto, Manajer PT Aqua Farm didampingi bagian Humasnya, Raja Buttu Sidabutar kepada localnews pekan lalu.
Lebih jauh diterangkan Hermanto, jika ada tudingan yang menyatakan pencemaran air Danau Toba akibat pakan ikan yang berasal dari kerambah perusahaan milik negara Swiss ini, tuduhan itu jelas keliru. "Masyarakat umum juga banyak yang memiliki kerambah jaring apung di pinggiran Danau Toba. Penggunaan pakan kita kontrol dengan ketat. kalaupun ada sisa pakan yang tidak dikonsumsi ikan, jumlahnya hanya sekitar satu persen saja. Tentunya kita tak mau rugi gara-gara pakan yang terbuang terlalu banyak," sebutnya.
Untuk kebutuhan pakan sendiri, sambung Hermanto, pihaknya membutuhkan sekitar 140 sampai 180 ton pakan ikan jenis terapung setiap harinya. Pakan tersebut ditebar ke dalam kerambah secara terus menerus. Artinya selama ikan masih lapar, pakan akan terus ditabur. Gunanya, agar pertumbuhan ikan dapat dipacu secara maksimal.
Hermanto juga menampik munculnya serangan kutu ikan yang menyerang ikan nila yang dibesarkan di kerambah perusahaan itu. "Secara teratur kami selalu melakukan penelitian terhadap kualitas air Danau toba di sekitar kerambah kami. Sampai saat ini kami belum menemukan serangan kutu pada ikan yang kita pelihara. Jadi kami tak tahu persis soal kutu ikan ini. Yang kita jaga selama ini hanya sebatas kualitas air dan bukan meneliti mahluk atau binatang apa yang muncul di air Danau Toba," katanya.
Hermanto juga menerangkan, sebagian besar ikan nila yang mereka produksi, diekspor ke Amerika. Ikan itu dikirim dalam bentuk filled (Daging tanpa duri) dan dibekukan. Daging yang sudah beku kemudian dibungkus dalam kemasan kedap udara. Gunanya untuk menjaga kualitas daging yang dikirim. Setiap hari, PT Aqua Farm mampu mengirim 80 ribu ekor ikan hidup berukuran 800 sampai 1.100 gram per ekornya. "Ikan ini diolah menjadi filled, baru kemudian diekspor. jadi kita sangat hati-hati. Jika tidak, bukan hanya nama baik PT Aqua Farm saja yang tercemar jika ikan yang kami produksi tak memenuhi standar, melainkan nama Indonesia. Saat kami mengekspor ikan, balai pengawasan obat dan makanan negara Amerika harus tahu betul darimana asal induk ikan, keturunan keberapa, lokasinya dimana, jenis pakan apa yang dipakai, serta kandungan kimia apa saja yang dikandung daging ikan yang kami kirim. Prosesnya sangat rumit. Jadi, jika kami sembarangan memakai pakan ikan, tentunya sudah lama ikan yang kami ekspor ditolak pasar Amerika," paparnya.
Pola Pembinaan
Menyinggung soal pembinaan yang dilakukan perusahaan yang berdiri sejak 1997 silam ini kepada para petani ikan kerambah jaring apung di seputaran Danau Toba, Hermanto memaparkan, pola pembinaan seperti itu pernah mereka terapkan sekitar tahun 2004 lalu. Saat itu sejumlah petani kerambah dibina dengan cara diberi bibit ikan, pakan dan teknik pemeliharaannya. Hanya saja proyek ini mengalami kendala karena masyarakat binaan PT Aqua Farm tak mampu memenuhi standard ukuran ikan serta jangka waktu pembibitan hingga panen. "Program itu terpaksa kita hentikan," ungkapnya.
Sayangnya, pihak PT Allegrindo Nusantara yang berlokasi di Desa Salbe, Kecamatan Purba, Simalungun, yang juga dituding sebagai salah satu sumber pencemaran air Danau Toba belum berhasil dikonfirmasi. Salah seorang stafnya, R boru Sitanggang menyatakan pimpinannya sedang berada di luar kota."Saya tak berani memberi keterangan kepada pers. Pimpinan kami sedang berada di luar kota," kata karyawan di perusahaan yang bergerak di sektor peternakan babi tersebut. (hut/ren/bud)

Tidak ada komentar:

Gallery

Gallery