Sejarah Singkat PELKESI


PELKESI Selalu Ada Untuk Masyarakat

Catatan : Rosmelina br Sinaga

PELKESI merupakan singkatan dari Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia yang didirikan pada tanggal 17 September 1983 silam disebuah kota kecil di Balige Sumatera Utara. Secara resmi lembaga ini didirikan setelah para tokoh pendiri melangsungkan pertemuan yang pertama kali dilaksanakan di Tomohon Sulawesi Utara pada tahun 1978. Dilanjutkan lagi kepertemuan kedua di Jakarta pada tahun 1950. Lalu, secara resmi disepakatilah pada tahun 1983 mendirikan lembaga ini untuk melakukan missi pelayanan kesehatan. Sebenarnya, pembentukan Pelkesi ini bertujuan mengajak Gereja–gereja di Indonesia untuk mengembangkan pelayanan kesehatan secara holistik yang meliputi fisik, sosial, ekonomi dan spiritual. Disamping itu juga memfasilitasi pengembangan kerjasama diantara lembaga pelayanan Kristen dibidang kesehatan.
Visi, Misi Dan Prinsip Pelayanan
Kalau ditanya apa sebenarnya visi, misi dan prinsip pelayanan dari Pelkesi ini? Tidak lain adalah demi terwujudnya damai sejahtera Allah bagi semua orang dalam peningkatan pelayanan kesehatan yang harus diterapkan dalam misi giat memperjuangkan pelayanan kesehatan yang utuh dan menyeluruh (Holistik). Yang didalamnya merupakan persekutuan dari anggota – anggota yang mandiri sebagai prinsip dasar kekuatan organisasi menjalin kerjasama sesama anggota saling topang menopang pengembangan usaha dan peningkatan derajat kesehatan. Pelkesi juga berperan sebagai Katalisator dan innovator pelayanan kesehatan, bukan sebagai suprastruktur bagi para anggota. Juga sebagai wadah profesi mengembangkan dan mengaktualisasikan kapasitas para anggota. Selain itu, sebagai organisasi persekutuan memfasilitasi persekutuan Oekumenis dari berbagai denominasi anggota dan mengembangkan prinsip alkitab “Tumbuh Bersama Untuk Semua”.
Organisasi Dan Keanggotaan
Musyawarah nasional (Munas) yang merupakan lembaga pengambilan keputusan tertinggi adalah kegiatan untuk menyusun kebijakan dan arah organisasi sekaligus sebagai program melaporkan dan mengevaluasi garis – garis besar program sekaligus menetapkan badan pengurus yang sehari-harinya dipimpin oleh Direktur Eksekutif. Keanggotaannya pun menyebar di seluruh Indonesia. Masing-masing meliputi Yayasan atau badan dibidang Kesehatan, Rumah Sakit, Balai Pengobatan, Rumah Bersalin, Balai Kesejahteraan Ibu dan anak, lembaga pendidikan, pabrik obat dan para Profesional (Individu) dibidang kesehatan. Secara administratif wilayah pelayanan Pelkesi ini pun dibagi dalam 5 wilayah Koordinasi yakni untuk wilayah I adalah seluruh Sumatera kecuali Sumatera Selatan dan Lampung. Untuk wilayah II meliputi Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Kalimantan Barat. Sedangkan, wilayah III meliputi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Timur. Kemudian, wilayah IV berada di Sulawesi, Maluku Utara dan Kalimantan Timur Dan yang terakhir adalah wilayah V yaitu Papua.
Sejarah Singkat PELKESI
Dalam konteks iman Kristen, hidup adalah pemberian Allah. Dalam sejarah ciptaan Allah, manusia dihadapkan dengan pilihan antara hidup dan mati. Sehat dimaknai sebagai keadaan sejahtera yang dinamis dari pada pribadi dan masyarakat. Sejahtera baik tubuh, mental, spiritual, politis dan sosial berada dalam hubungan yang harmonis dengan sesama, dengan lingkungan dan dengan Allah. Dalam pemahaman tradisional pun kesehatan manusia tidak terlepas dari keyakinan bahwa iman dan perasaan memiliki peran yang sangat penting dalam penyembuhan. Pergumulan yang dialami umat manusia dan umat Kristen di dunia mendapat respon dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Pada bulan September 1978 di kota Alma Ata diselenggarakanlah konferensi Internasional tentang Pelayanan Kesehatan Primer yang di sponsori WHO dan UNICEF. Konferensi yang dihadiri delegasi dari 140 negara dan utusan dari organisasi non-pemerintah ini mengeluarkan deklarasi yang disebut dengan Deklarasi Alma Ata. Pemahaman baru mengenai kesehatan yang berkembang di tingkat internasional, juga mewujud di Indonesia termasuk di dalamnya gereja-gereja. Hal ini dapat dilihat bahwa gereja-gereja di Indonesia yang mewarisi rumah sakit peninggalan zending, dikelola sebagai perwujudan pelayanan Kristen di bidang kesehatan. Berbagai dinamika, pergumulan dan perjuangan pelayanan kesehatan Kristen di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan dan keterlibatan pekarya Kristen Indonesia di tingkat internasional, menguat dan mengerucut menjadi komitmen untuk mencari bentuk kerja sama, usaha-usaha kesehatan Kristen di Indonesia yang kontekstual pada era 70-an. Konsultasi Regional Diakonia dalam Pelayanan Kesehatan (Pelayanan Kesehatan = Healing Ministry) pernah digelar di Malang pada tanggal 26 sampai dengan 31 Januari 1971, yang diselenggarakan DGI bekerja sama dengan DGI wilayah Jatim, Bali dan Lombok. Konsultasi ini menegaskan bahwa Pelkes adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat hingga mencapai martabat yang penuh, sesuai dengan peta dan gambar Allah (Yoh 5: 8 – 9; Mark 3: 31; Kej 1 : 27). Disusul lagi Konsultasi Diakonia dan Healing Ministry yang diselenggarakan bersama antara Komisi Kesehatan dan Sosial (KKS) DGI dan DGI Wilayah Sulsera di Malino, Sulawesi Selatan tanggal 22 sampai 28 Agustus 1971. Pelkes ini dijadikan suatu bagian aspek diakonia perwujudan konkrit dari setiap perbuatan kasih yang bersumber pada ajaran Yesus Kristus, untuk melayani semua manusia hingga mencapai kedudukan yang layak demi pemasyuran Kerajaan Allah. Maka, kesehatan itu bukanlah semata-mata hanya kesembuhan jasmani. Melainkan juga mengandung arti penyembuhan baik dalam bidang rohani maupun dalam aspek sosialnya. Sekretaris Eksekutif PELKESI periode 1989-1995, Dr. Paltak Pasaribu memaparkan konsultasi Malino antara lain merekomendasikan kepada Komisi Kesehatan dan Sosial (KKS), perlunya konsultasi antara pemimpin-pemimpin Rumah Sakit Kristen (RSK) dan Balai Pengobatan Kristen, yang disponsori oleh KKS DGI.
Orientasi ini untuk mengembangkan kesehatan masyarakat ditengah Strategi REPELITA. Pemerintah pun mewajibkan setiap dokter yang baru lulus Pegawai Negeri Sipil harus bertugas di Puskesmas. Pemerintah juga turut melaksanakan program Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) atau Primary Health Care (PHC). Atas rekomendasi Departemen Partisipasi dan Pembangunan (Deparpem) DGI diadakanlah pertemuan Konsultasi Pemimpin-pemimpin RS Kristen se-Indonesia di Sulawesi Utara pada tanggal 20 s/d 27September 1978, yang kemudian disebut sebagai Rapat Konsultasi (Rakon) Kemah Sabit Kristus I. Konsultasi ini dihadiri RS dari Gereja di luar anggota DGI yaitu Baptis dari Advent. Dua tahun setelah konsultasi Tomohon, diadakanlah Rakon RSK II di Jakarta pada tanggal 6 s/d 9 Maret 1980. Salah satu keputusannya pembentukan wadah sekretariat- bersama unit pelayanan kesehatan kristen atau rumah-rumah sakit kristen dengan menunjuk formatur mempersiapkan pembentukkannya . Kemudian, Rakon III diadakan di Balige tanggal 13 s/d 17 September 1983, membahas sistem kesehatan nasional dan peran rumah sakit Kristen, pengkajian ulang pelayanan Kristen di bidang kesehatan, penyembuhan keutuhan dan pembahasan permasalahan yang dialami dan dihadapi oleh Sekber UPKK/RSK. Pada Rakon tersebut disepakati berdirinya wadah Persatuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia disingkat PELKESI atau Indonesian Christian Association for Health Service disingkat ICAHS. Nama tersebut digumuli dan diusulkan oleh Tim 4 orang yang terdiri dari DR BA Supit, DR Guno Samekto, DR Sujatmoko dan Drg Paulus Santosa dan diterima secara aklamasi. PELKESI ini beranggotakan unit Kristen yang melayani kesehatan semua orang tanpa dibatasi sekat agama. Sebagai pelayanan Kristiani motivasi dasarnya adalah tugas panggilan dalam misi pelayanan dan penyembuhan. Dan lahirlah PELKESI pada tanggal 17 September 1983 di Balige, Sumatera Utara. Pimpinan Konsultasi III adalah Dr. Bert A Supit, Dr Batunatial PP Gultom, Dr Guno Samekto, Dr Paltak Pasaribu, Drs Pontas Nasution, Pdt Dr Anas L Tobing Sth, Pdt FW Raintung STh, Dr Ny OE Mesach dan Dr ASM Nababan. Seiring perkembangan jaman masyarakat modern sering menganalogikan tubuh manusia tak ubahnya sebuah mesin. Penciteraan ini dapat dilihat dalam berbagai tayangan reklame produk kesehatan di media massa. Untuk memperoleh tubuh yang sehat dan bugar, misalnya hanya dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi makanan suplemen atau vitamin-vitamin tertentu. Kebanyakan manusia modern mengabaikan bahwa manusia adalah sebuah keutuhan jasmani, mental, sosial dan spiritual. Menurut Dr. Lengkong , seseorang dapat dikatakan sehat, apabila kondisi fisik, mental, sosial maupun spiritual. Untuk mencapai kondisi sehat ini, empat layanan kesehatan yaitu preventif, promotif, kuratif,dan rehabilitatif perlu dilakukan seimbang. Akan tetapi, saat ini baru interaksi kondisi fisik dengan pelayanan kuratif yang lebih banyak mendapat perhatian.
Kecenderungan memperhatikan aspek fisik dengan pelayanan kesehatan kuratif tidak hanya terjadi pada masa kini tetapi sudah mengemuka di tahun 1960 an.
Di dalam konteks iman Kristen disebut hidup adalah pemberian Allah. Dalam sejarah ciptaan Allah, manusia dihadapkan dengan pilihan antara hidup dan mati. Sehat dimaknai sebagai keadaan sejahtera yang dinamis dari pada pribadi dan masyarakat, sejahtera baik tubuh, mental, spiritual, politis dan sosial berada dalam hubungan yang harmonis dengan sesama, dengan lingkungan dan dengan Allah. Dalam pemahaman tradisional pun kesehatan manusia tidak terlepas dari keyakinan bahwa iman dan perasaan memiliki peran yang sangat penting dalam penyembuhan. Tetapi kesembuhan secara jasmani dan rohani sangat sulit didapatkan. Pergumulan yang dialami umat manusia dan umat Kristen di dunia tersebut mendapat respon dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Pada bulan September 1978 di kota Alma Ata diselenggarakan konferensi Internasional tentang Pelayanan Kesehatan Primer yang di sponsori WHO dan UNICEF. Konferensi yang dihadiri delegasi dari 140 negara dan utusan dari organisasi non-pemerintah mengeluarkan deklarasi yang disebut dengan Deklarasi Alma Ata. Pemahaman baru mengenai kesehatan yang berkembang di tingkat internasional, juga mewujud di Indonesia termasuk di dalamnya gereja-gereja. Hal ini dapat dilihat bahwa gereja-gereja di Indonesia yang mewarisi rumah sakit peninggalan zending, harus dikelola sebagai perwujudan pelayanan Kristen di bidang kesehatan. Berbagai dinamika, pergumulan dan perjuangan pelayanan kesehatan Kristen di Indonesia yang tidak terlepas dari perkembangan dan keterlibatan pekarya Kristen Indonesia di tingkat internasional, menguat dan mengerucut menjadi komitmen untuk mencari bentuk kerja sama, usaha-usaha kesehatan Kristen di Indonesia yang kontekstual pada era 70-an.
Konsultasi Regional Diakonia dalam Pelayanan Kesehatan (Pelayanan Kesehatan = Healing Ministry) pun digelar di Malang pada tanggal 26 s/d 31 Januari 1971, diselenggarakan DGI bekerja sama dengan DGI wilayah Jatim – Bali – Lombok. Konsultasi ini menegaskan bahwa Pelkes adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat hingga mencapai martabat yang penuh, sesuai dengan peta dan gambar Allah (Yoh 5: 8 – 9; Mark 3: 31; Kej 1 : 27). Disusul Konsultasi Diakonia dan Healing Ministry yang diselenggarakan bersama antara Komisi Kesehatan dan Sosial (KKS) DGI dan DGI Wilayah Sulsera di Malino, Sulawesi Selatan tanggal 22 s/d 28 Agustus 1971. Pelkes ini merupakan suatu bagian aspek diakonia, yaitu perwujudan konkrit dari setiap perbuatan kasih yang bersumber pada ajaran Yesus Kristus, untuk melayani semua manusia hingga mencapai kedudukan yang layak demi pemasyuran Kerajaan Allah.
Sekretaris Eksekutif PELKESI pada periode 1989-1995 lalu Dr. Paltak Pasaribu memaparkan konsultasi Malino antara lain merekomendasikan kepada Komisi Kesehatan dan Sosial (KKS), perlunya konsultasi antara pemimpin-pemimpin Rumah Sakit Kristen (RSK) dan Balai Pengobatan Kristen, yang disponsori oleh KKS DGI. Orientasi ini untuk mengembangkan kesehatan masyarakat ditengah Strategi REPELITA, pemerintah menggalakkan pembangunan PUSKESMAS sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di tiap kecamatan di seluruh Indonesia. Dan pemerintah mewajibkan setiap dokter yang baru lulus Pegawai Negeri Sipil bertugas di Puskesmas. Pemerintah juga melaksanakan program Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) atau Primary Health Care (PHC). Alokasi dana untuk program-program ini sangat besar, didukung sarana obat-obatan yang memadai. Situasi ini kontradiktif dengan usaha kesehatan swasta termasuk gereja. Penempatan tenaga luar negeri pada unit kesehatan Kristen semakin dibatasi dengan kompensasi yang tidak memadai. Usaha-usaha kesehatan gereja di desa-desa mulai terdesak sehingga banyak BP dan BKIA gereja harus tutup karena kalah ‘bersaing’ dengan Puskesmas. Selain itu, pemerintah pun mengeluarkan kebijakan untuk melokalisir peranan swata/ Kristen di sector kesehatan ke dalam unit-unit Rumah Sakit saja.
Paulus Santosa (tolong diberi kejelasan siapa beliau di pelkesi ) mengungkap kondisi tersebut, sebagai perwujudan hegemoni kekuasaan pemerintah Soeharto yang kala itu memiliki banyak uang, mengembangkan top down planning, sehingga kurang menghargai peranan non-pemerintah dan bahkan menurigai, menganggap sebagai saingan, sangat birokratis, serta secara tidak terbuka sering mempersulit dalam prosedur. Perkembangan ekonomi sangat kuat dan stabil, tetapi yang kuat adalah sector Pemerintah seperti perusahaan Negara. Kehidupan demokrasi sangat lemah, tidak ada desentralisasi. Secara praktis partai tunggal ( GOLKAR ), ada kecurigaan politis terhadap pihak swasta dan kelompok agama. Masyarakat dikondisikan takut ikut organisasi non-pemerintah karena trauma G30S. Bantuan luar negeri terbatas dan diawasi oleh pemerintah, harus melalui Sekretaris Negara yang dikutip uang komisi. Walaupun ekonomi stabil, kemampuan masyarakat di daerah masih terbatas sehingga banyak yang tidak mampu membayar biaya pengobatan yang mahal. Atas rekomendasi Departemen Partisipasi dan Pembangunan (Deparpem) DGI diadakanlah pertemuan Konsultasi Pemimpin-pemimpin RS Kristen se-Indonesia di Sulawesi Utara pada tanggal 20 s/d 27September 1978, yang kemudian disebut sebagai Rapat Konsultasi (Rakon) Kemah Sabit Kristus I. Konsultasi ini dihadiri RS dari Gereja di luar anggota DGI yaitu Baptis dari Advent. Konsultasi ini mencetuskan harapan antara lain, perlu adanya Rumah Sakit Pembina seperti Rumah Sakit Tjikini sebagai Rumah Sakit Pembina ke arah Hospital oriented dan Manpower serta RS Bethesda Yogyakarta dengan pembinaan yang mengarah pada Community Oriented.
Perlu adanya ikatan karyawan kesehatan Kristen Indonesia ( Cristian Medical Fellowship ) yakni perhatian ulang terhadap wadah kebersamaan pelayanan kesehatan dari unit-unit. Dua tahun setelah konsultasi Tomohon, maka diadakanlah Rakon RSK II di Jakarta pada tanggal 6 s/d 9 Maret 1980. Salah satu keputusannya dari sebelas keputusan itu adalah pembentukan wadah sekretariat- bersama unit pelayanan kesehatan kristen / rumah rumah sakit kristen dengan menunjuk formatur untuk mempersiapkan pembentukkannya. Rakon III diadakan di Balige tanggal 13 s/d 17 September 1983, membahas sistem kesehatan nasional dan peran rumah sakit Kristen, pengkajian ulang pelayanan Kristen di bidang kesehatan, penyembuhan keutuhan dan pembahasan permasalahan yang dialami dan dihadapi oleh Sekber UPKK/RSK. Pada Rakon tersebut disepakati berdirinya wadah Persatuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia disingkat PELKESI atau Indonesian Christian Association for Health Service disingkat ICAHS. Nama tersebut digumuli dan diusulkan oleh Tim 4 orang tokoh yang terdiri dari DR BA Supit, DR Guno Samekto, DR Sujatmoko dan Drg Paulus Santosa dan diterima secara aklamasi. PELKESI beranggotakan unit Kristen yang melayani kesehatan semua orang tanpa dibatasi sekat agama. Sebagai pelayanan Kristiani motivasi dasarnya adalah tugas panggilan dalam misi pelayanan dan penyembuhan. Amanat Kristiani sangat penting untuk meletakkan dasar etik dan moral Kristiani dalam sistem pelayanan Kristen di bidang kesehatan, terutama menempatkan pelayanan itu sendiri sebagai “Syalom Allah”. Kehadiran Pelkesi ini menggalang rasa persaudaran antara pelayan kesehatan dan pasien. Dengan harapan kedatangan pasien datang berobat ke Rumah Sakit, tidak hanya sembuh secara jasmani tapi sembuh juga secara bathin. Semoga ulang tahun Pelkesi yang ke-25, dapat dirasakan seluruh warga masyarakat dan sejarah berdirinya Pelkesi dapat menggugah hati semua pelayan-pelayan kesehatan Kristen yang ada di seluruh pelosok negeri. Kiranya seluruh warga berdoa buat kesuksesan acara ulang tahun ke-25 Pelkesi yang akan diadakan di Balige pada tanggal 13-15 Setember 2008, acara ultah ini akan dilanjutkan dengan Musyawarah Nasional ke VII, di hotel Grand Antares pada tanggal 15 September s/d 17 September 2008 ini. Acara 25 tahunan akan dihadiri kurang lebih 300 orang perwakilan anggota dari seluruh Indonesia. Munas VII akan dihadiri oleh Pdt Dr Richard Daulay selaku Perwakilan dari Gereja Aras Nasional, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, SKM. Barnabas Suebu, SH seorang Gubernur Papua, Teras Narang, SH seorang Gubernur Kalimantan Tengah dan Dr Charles Mesang anggota Komisi IX DPR RI. Munas ke VII ini juga akan dibuka oleh Menteri Sosial RI DR H Bachtiar Chamsyah SE. Kegiatan Munas VII akan dipusatkan di Medan dan akan disambut hangat oleh Gubernur Sumatera Utara H. Syamsul Arifin SE.
Gubsu mengatakan dirinya bersedia hadir memberikan kata sambutan dan bersedia pula menjadi nara sumber diskusi panel “Kebijakan Pembangunan Kesehatan Berwawasan Wilayah dan Berbasis Lokal”.
Kita menyadari bahwa tantangan pelayanan kesehatan, khususnya bagi Rumah Sakit Kristen semakin kompleks. Oleh karena itu kita berharap Munas ke VII ini bisa memandu arah pengabdian kita menjadi pelayanan yang lebih modern, efisien dan menyeluruh. Munas ke VII dibawah naungan Tema “Kuasailah dirimu dalam segala hal… dan tunaikanlah tugas pelayananmu” (2 Tim 4:2-5). Dimaksudkan agar PELKESI bersama para anggota harus menguasai diri, mesti tabah, konsisten dan berpikir strategis serta stratejik ke depan di dalam menunaikan tugas pelayanan.
SEKAPUR SIRIH
Selamat datang di Kota Balige! Dan Selamat Datang di Kota Medan!
Kedua kota ini memiliki makna dalam keberadaan Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia (Pelkesi). Di Kota Balige, pada tanggal 17 September 1983 yang lalu, Pelkesi dideklarasikan. Pada setiap kegiatan Pelkesi, kota ini selalu menjadi rujukan percakapan. Disamping itu, di kota ini pula berdiri RS Kristen milik Sinode Gereja, yaitu RS HKBP Balige. Kota Medan merupakan salah satu simpul organisasi Pelkesi. Simpul organisasi dimaksud adalah wilayah, yang sekaligus menjadi basis pengembangan pelayanan Pelkesi. Medan adalah tempat kedudukan Wilayah I Pelkesi. Pada kedua kota inilah, Pelkesi menyelenggarakan 2 rangkaian kegiatan dengan urutan waktu yang hampir bersamaan pada tahun ini, yang memiliki makna strategis dalam perjalanan pelayanan Kristen (institusi dan individual) di bidang kesehatan. Pertama, Pelkesi memasuki usia 25 tahun. Ibadah syukur pada usia 25 tahun ini, diselenggarakan di Kota Balige. Kedua, Pelkesi menyelenggarakan Munas VII, yang merupakan kalender organisasi, dilaksanakan satu kali dalam 5 tahun. Kali ini di Kota Medan. Makna reflektif momentum ulang tahun adalah pengucapan syukur atas pertolongan dan Karunia Tuhan hingga dapat mencapai usia tertentu. Dengan ucapan syukur dan keyakinan seperti itu pula, perjalanan berikutnya tetap dalam perlindungan dan pertolongan Tuhan. Makna lain dari momentum itu adalah pembelajaran. Dalam perjalanan sepanjang usia tersebut, banyak hal yang menjadi referensi, baik yang sukses maupun yang belum, untuk perbaikan dan pengembangan pelayanan pada waktu mendatang. Pada Munas dilaksanakan evaluasi kebijakan organisasi dan program 5 tahunan (periode yang lalu), dan sekaligus mengembangkan kebijakan baru untuk 5 tahun ke depan. Pada Munas ini juga akan dipilih pengurus yang diberi mandat memimpin dan memfasilitasi organisasi dan anggota berdasarkan kebijakan-kebijakan. Kekayaan dan keragaman seni dan budaya adalah pemandangan yang indah sepanjang perjalanan dari Medan ke Balige karena bentangan alam yang menyusuri Bukit Barisan menjadi sumber inspirasi kedua momentum tersebut. Menorehkan sejarah bagi arak-arakan persekutuan, kesaksian gereja-gereja kepada masyarakat di Indonesia, mewujudkan pelayanan kesehatan yang utuh (holistic), bermutu dan terjangkau masyarakat (affordable). Usaha keras dan kerjasama dari semua pihak, lebih-lebih komunitas kesehatan, menjadikan kegiatan ini bisa dilaksanakan dengan baik. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus selayaknya dihaturkan bagi keterlibatan mereka. Tuhan memberkati. Dirgahayu Usia 25 Tahun buatmu Pelkesi dan Selamat ber-Munas. (Penulis adalah salah seorang anggota pengurus Pelkesi dan koresponden Localnews)

Tidak ada komentar:

Gallery

Gallery